Tentang Menulis Lagu: Lirik Dulu Atau Melodi Dulu?

Video YouTube yang gue bagikan di dalam tulisan ini dirilis tepat setahun lalu, pas pandemi baru dimulai. Tepatnya, pas gue lagi bingung mau ngapain karena gak bisa ke mana-mana juga. Akhirnya, gue memutuskan untuk berbagi pengalaman soal menulis lagu, dan jadilah.

Buat yang sudah nonton dan bahkan membagikannya di berbagai platform lain, terima kasih! Seneng sekali kalau apa yang gue bagikan bisa mencerahkan siapapun yang tercerahkan. Di sini, gue akan membagikan kembali, sambil nambahin apa-apa yang belum sempat terrekam di dalam video.


Dari antara kalian yang sedang membaca tulisan ini, ada yang lagi mau nulis lagu tapi bingung mau mulai dari mana atau lagi di tengah proses songwriting tapi stuck? Atau, mungkin dari antara kalian ada produser yang lagi cari lagu buat artisnya? Ini dia, salah satu pertanyaan yang paling sering gue dapatkan:

Menulis lagu: lirik dulu atau melodi dulu?

Di video ini, gue akan share approach gue dalam menulis lagu, yang mungkin bisa membantu dalam proses songwriting. Gimana? Udah siap? Silakan ditonton, siapa tau ada yang belum nonton atau mau nonton lagi:

Menulis Lagu: Lirik Dulu Atau Melodi Dulu?

Selama yang dikerjakan bukan instrumental records, ada dua elemen utama di dalam songwriting. Pertama, musical elements, di dalamnya ada nada dan rhythm. Kedua, writing elements, di dalamnya ada bahasa dan penyampaian. Keduanya bersifat complimentary. Kalau nggak ada lirik, ya berarti instrumental. Kalau gak ada musik, ya berarti speech aja. Oke, sekarang lupain dulu kedua elemen itu, karena ada satu lagi elemen penting yang belum gue sebut, yaitu: lo mau ngomongin apa sih? Alias topik.

Topik.

Gue berkeyakinan bahwa sama seperti proses penciptaan di bidang-bidang seni yang lain, menulis itu adalah proses perubahan bentuk dari ide jadi karya. Dari sesuatu yang gak ada wujudnya, kemudian dibahasakan dan dikemas sehingga jadi ada dan jadi nyata. Dari sesuatu yang tadinya cuma ada di dalam kepala, jadi lagu. Nah, ide apa sih yang ingin lo tuangkan jadi lagu?

Setiap kali ada artist yang dateng ke sini untuk menggunakan jasa songwriting di roemahiponk, hal pertama yang akan gue lakukan adalah: ngobrol. Kenapa? Karena gue butuh topik. Gue butuh tau: “lo mau ngomongin apa sih di lagu lo?

Durasi lagu umumnya cuma dua sampai lima menitan. Sedangkan topik ada banyak banget. Cinta, kehidupan, persahabatan, politik, alam semesta, banyak. Coronavirus bisa dijadiin topik. Sarapan tadi pagi juga bisa dijadiin topik. Sampe gosip tetangga sebelah pun bisa kita jadiin topik, kalo emang kepingin. Apapun bisa jadi topik.

Terus, gimana cara nentuin topik yang tepat untuk lagu yang akan kita tulis? Okay, gue gak bicara benar dan salah, tapi setidaknya ini yang gue dapat berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun ke belakang yang mungkin bisa membantu teman-teman dalam proses songwriting.

Satu: what’s your goal?

Ini tentang tujuan kita bikin karya. Menurut gue, semua tujuan yang mungkin ada di dalam kepala kita, sah-sah aja selama gak menyalahi hak, harkat, dan martabat orang lain.

Tujuannya pingin viral? Cuma iseng pingin punya koleksi lagu pribadi? Atau pingin menghibur orang lain dengan karya? Atau malah berniat raise awareness tertentu lewat musik, sah-sah aja. Silakan. Yang jelas, setelah kita menentukan ini, kemungkinan besar pertanyaan yang selanjutnya akan lebih mudah untuk dijawab.

Dua: target audience?

Kalau kita udah bisa menjelaskan kita itu musisi macam apa, pasti akan lebih gampang untuk membayangkan siapa kira-kira yang akan mendengarkan lagu kita nanti.

Menentukan dengan pasti, kayaknya sih sulit, apalagi untuk musisi baru yang akan rilis lagu untuk pertama kali. Walaupun teknologi udah berkembang banget dan memungkinkan musisi untuk tau performance analytics lewat berbagai platform, kadang ada pendengar-pendengar yang muncul di luar perkiraan atau target range, yang tentunya juga perlu untuk diapresiasi. Dan, balik lagi, target audience bukan segalanya, melainkan hanya satu aspek dari sekian banyak aspek yang perlu dipertimbangkan ketika kita menentukan arah dalam berkarya. It’s an important thing, but it’s not everything.

Tiga: cerita, gaya bahasa, dan pilihan kata.

Kalau udah tau kita akan memperkenalkan diri sebagai musisi yang seperti apa, dan tau siapa yang akan kita ajak “bicara” lewat musik, berikutnya adalah: Cerita apa yang ingin disampaikan?

Gimana penyampaian yang tepat supaya cerita tersebut bisa sampai dengan selamat? Dan, diksi macam apa yang bisa membuat ceritanya menetap di hati para audiens dan pada akhirnya lagunya menetap di dalam pikiran mereka?

Awalnya, ketika pertama kali mencoba pola berpikir semacam ini, gue merasa dibatasi dan gak bebas ketika menulis. Namun, setelah berkali-kali coba, gue malah jadi merasa bahwa pola berpikir semacam ini justru membukakan ruang imajinasi yang luas tanpa bikin gue nyasar ke mana-mana karena ada koridor-koridor yang jelas ketika menentukan mau nulis apa dengan cara yang gimana. Alhasil, makin hari, gue bisa makin efisien ketika bikin lagu karena makin khatam.

Satu, dua, dan tiga udah? Sekarang, kita masuk ke pertimbangan yang lebih spesifik dan lebih tajam. Di luar dari semua hal tadi, ada beberapa prinsip yang selalu gue pegang dalam menulis lagu. yang sifatnya eminen dan harga mati. Salah satu yang akan gue bahas di dalam video ini adalah ini:

Berimajinasi Itu Gratis.

Let’s say, ada penyanyi cewek, usia 20an awal, datang ke sini untuk songwriting session. Penyanyi ini punya keinginan untuk bikin karya yang bisa dinikmati audiens lewat earphone ketika lagi sendirian, dan udah punya target pendengar setia dengan range usia yang sama. Kepribadiannya romantic dan sentimental.

Topik lagu yang diinginkan adalah tentang patah hati dan susah move on. Pas gue didapuk untuk nulis lagu ini, mungkin aja gue atau penyanyinya sama-sama lagi gak patah hati dan happy-happy aja. Means, gue gak bisa mengandalkan kejadian yang aktual untuk nulis lagu ini. Terus, harus gimana?

Opsi pertama, cari topik lain. Atau, kalau tetep mau stay di topik ini, opsi kedua, manfaatkanlah imajinasi, karena berimajinasi itu gratis.

Secara gampang, gue bisa aja mulai menulis dari lirik “aku masih mencintaimu, sungguh sulit bagiku untuk melupakanmu”. Buat gue ini klise. Boring. Overused. Ditinjau dari makna, bener, karena lagunya tentang itu. Tapi, this could be better.

Instead of nulis kalimat tadi, mungkin gue akan lebih memilih untuk memulai dengan, “setiap malam masih kubaca lagi chat kita, kata demi kata” atau kalau butuh lebih casual, mungkin gue akan memilih untuk menulis, “kaosmu yang buluk itu, masih selalu kupakai saat aku rindu”. Dari satu makna yang kurang lebih sama: sama-sama patah hati dan gak bisa move on, bisa muncul ekspresi yang berbeda-beda. Muncul dari mana? Imajinasi. Gratis.

Itu cuma contoh kecil gimana memanfaatkan imajinasi yang sama sekali gratis untuk mengembangkan satu topik yang sederhana. Masih ada beberapa prinsip lain yang mungkin akan gue bagikan di video lain, dan contoh tadi, baru dari segi penulisan lirik doang.

Tentunya, ketika menulis lagu, gak boleh lupa bahwa ada hal-hal teknis lain yang perlu diperhatikan selain penulisan lirik. Semakin banyak menulis, semakin banyak juga gue menemukan tantangan-tantangan teknis: struktur lagu, kompromi dengan jumlah syllables, melody pattern, rhythm pattern, dan banyak hal lainnya.

Nah, gue mendapati bahwa ketika gue sudah lebih dulu yakin dengan apa yang ingin disampaikan dan bagaimana cara penyampaiannya, tantangan-tantangan teknis itu jadi lebih ringan untuk dilalui. Paling enggak, setiap kali ada kebingungan, gue tinggal balik aja ke pertanyaan-pertanyaan tadi dan berpegang sama jawaban-jawabannya.

Well, kalau ini semua adalah hal yang baru buat yang sedang atau baru memulai menulis lagu, silakan cobain. Mungkin awalnya akan ngerasa ribet, sulit, f*cked up. Wajar aja sih. Tapi, gue yakin perjalanan menulis lagu akan selalu makin seru. Bahkan, kalau nanti tiba-tiba ada yang menemukan cara lain yang juga asik untuk dicoba, silakan share aja di kolom komen.

Yang penting, rajin-rajinlah mencoba.

Kalo ditanya pilih quality atau quantity? Dalam hal menulis lagu, gue akan pilih quantity. Maksudnya, daripada berkutat di satu lagu yang sama dan berharap langsung sempurna, lebih baik berusaha menulis sebanyak mungkin. Kenapa Karena kita bisa mengembangkan standar atas quality setelah jatuh bangun berkali-kali.

Bikin satu, ngerasa gak puas, gak usah ragu untuk simpen dulu dan beralih ke yang kedua. Buat gue, that’s totally fine. Kita selalu bisa balik ke yang pertama kapanpun kita mau dengan kemampuan yang udah bertambah dan dengan cara-cara atau approach yang lebih mutakhir.

Tenang aja, kalian gak sendirian, dan memang menulis lagu gak harus selalu sendirian. banyak top hits di dunia ini yang ditulis rame-rame oleh dua, tiga, lima, tujuh orang. Kita selalu bisa hire co-writers lain. ROEMAHIPONK juga menyediakan jasa songwriting untuk membantu dalam proses berpikir ketika menulis lagu, entah cuma sekadar konsultasi doang, atau ikutan berkontribusi dalam bentuk tulisan.

Dan, kalo mau tau tips-tips songwriting yang lain, silakan subscribe channel ROEMAHIPONK dan nyalain aja notifikasinya, niscaya kalian gak bakal ketinggalan video-video berikutnya.


Jadi, balik ke pertanyaan semula, lirik dulu atau melodi dulu?

Untuk pertanyaan ini, gue selalu mengawali jawaban gue dengan: BEBAS. Ketika menulis lagu, gak pernah ada keharusan memulai dari lirik dulu atau melodi dulu. Ngobrol aja dulu.

Semoga bermanfaat, semoga mencerahkan, selamat bereksplorasi.
kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Published by

Unknown's avatar

oendari

panggil aja oendari. atau botin. penyanyi dan penulis lagu di @bighellorecords. enci-enci tongkrongan di @roemahiponk. cek aja di instagram. silakan follow.

Leave a comment