Daripada gue gila, yaudah gue tulis aja.
Kita bertengkar di mimpi semalam. Aku tau ini cuma mimpi, tapi rasanya gak enak. Kayaknya aku lebih pilih bertengkar di dunia nyata ketimbang ini. Berawal dari pasar malam.
Kita ke pasar malam. Ramai banget. Aku tertarik dengan banyak hal yang ada di sana. Warna-warni, orang-orang yang bentuknya berbeda-beda. Pakaiannya belum pernah kulihat sebelumnya. Lalu, kamu menggenggam tanganku, kamu takut aku hilang atau kesasar. Aku nurut aja, karena kamu yang lebih tau tempat ini. Hari itu dingin, cerah tapi berangin. Tangan kamu hangat.
Kita berhenti di perempatan karena kamu ketemu dengan orang-orang yang kamu kenal tapi aku gak kenal. Aku melihat seorang ibu di seberang jalan sedang kesusahan membawa barang-barangnya yang banyak sekali. Aku nyeberang demi membantu ibu paruh baya itu. Jalanan ini ternyata lebih lebar dari dugaanku. Mobil-mobil berlalu-lalang cepat sekali, tapi akhirnya aku sampai di seberang. Ibu-ibu tadi sudah gak ada, entah ke mana. Aku memutuskan berkeliling sebentar karena tertarik dengan tempat itu.
Ada patung yang besar dan tinggi di sana, kepalanya dihinggapi burung hantu yang warnanya cerah dan tidak biasa. Ketika aku sedang menikmati keindahan patung tua itu, tiba-tiba kamu muncul entah dari mana. Kamu menarik dan memegang tanganku kencang sekali. Kamu marah karena aku tiba-tiba ngilang. Di situ kita bertengkar. Kita berdua bilang hal-hal yang kita sesali kemudian.
Sepanjang jalan pulang, aku cuma diam. Kamu pun diam. Sebelum akhirnya kalimat terakhir kamu yang aku ingat, “Jangan ke mana-mana lagi.”
Ok. Gue kebangun sambil ngomong sendiri, “Ok.”
kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?
Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.
Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!
