Mimpi Semalam (12)

Kamu sering bersenandung. Aku gak tau lagu apa, tapi selalu lagu yang sama. Aku penasaran banget mau tanya itu lagu apa, tapi selalu mengurungkan niat. Mengingat bahwa selama ini sepertinya kamu selalu bisa baca pikiranku, seandainya kamu mau kasih tau itu lagu apa, kamu pasti bakal langsung kasih tau. Sekarang, kamu gak ngomong apa-apa. Yaudah.

Kita sama-sama gak pernah tau kita ada di mana. Kita berpindah-pindah tempat. Kali ini, kita ada di bawah pohon tua yang besar, gagah, berdiri tegak di tengah sehampar ladang yang luas. Malam sedang terang-terangnya. Sedari tadi aku mendengarkan kamu bersenandung dari kejauhan. Aku memejamkan mata dan menikmati suara kamu. Kamu memanggil namaku, aku menoleh waktu kamu menunjuk ke langit di belakangku. Aku melihat ke sana, ternyata kamu menunjuk bulan. Kamu tau aku suka bulan.

Di setiap mimpi di mana kamu ada, aku selalu merasa kita dekat meskipun selalu berjarak. Aku tau kamu cuma sekadar mimpi, tapi kamu lebih nyata daripada banyak hal lainnya yang aku tau. Kamu di sana, kita saling berpegangan tangan, tapi yang bisa aku rasakan cuma hangatnya. Gak perlu bahasa yang sama untuk bisa bikin kita saling mengerti, kita cuma perlu saling melihat hati. Kita saling melihat hati, tanpa aku perlu bilang, kamu tau aku suka bulan.

Aku sedang memandangi bulan yang penuh dan terbakar merah malam itu, sebelum tiba-tiba kamu menyentuh lenganku dengan tangan kamu yang selalu hangat seperti biasanya. Menyentuh sebentar, terus udah. Kita menghabiskan beberapa waktu memandangi bulan sama-sama, tanpa ada yang bicara.

Aku bertanya-tanya, gimana kalau suatu saat nanti kamu gak lagi muncul di mimpi-mimpi kayak gini. Seandainya aku bisa merekam semua mimpi di mana kamu ada sehingga jadi satu film, aku yakin bakal nonton ulang film itu berkali-kali setiap kali aku kangen kamu. Iya, aku mungkin bakal kangen sama kamu.

Kamu bilang, “Kita masih punya waktu, walaupun banyak atau sedikit itu relatif, tapi cukup.” Aku gak ngerti apa maksudnya. Kamu kayaknya beneran bisa baca pikiran. “Ada dua orang lagi.” Aku, lagi-lagi gak ngerti.

Tau-tau, bangun-bangun, nangis.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Published by

Unknown's avatar

oendari

panggil aja oendari. atau botin. penyanyi dan penulis lagu di @bighellorecords. enci-enci tongkrongan di @roemahiponk. cek aja di instagram. silakan follow.

Leave a comment