Mimpi Semalam (11)

Daripada gue gila, yaudah gue tulis aja.

Kita bertengkar di mimpi semalam. Aku tau ini cuma mimpi, tapi rasanya gak enak. Kayaknya aku lebih pilih bertengkar di dunia nyata ketimbang ini. Berawal dari pasar malam.

Kita ke pasar malam. Ramai banget. Aku tertarik dengan banyak hal yang ada di sana. Warna-warni, orang-orang yang bentuknya berbeda-beda. Pakaiannya belum pernah kulihat sebelumnya. Lalu, kamu menggenggam tanganku, kamu takut aku hilang atau kesasar. Aku nurut aja, karena kamu yang lebih tau tempat ini. Hari itu dingin, cerah tapi berangin. Tangan kamu hangat.

Kita berhenti di perempatan karena kamu ketemu dengan orang-orang yang kamu kenal tapi aku gak kenal. Aku melihat seorang ibu di seberang jalan sedang kesusahan membawa barang-barangnya yang banyak sekali. Aku nyeberang demi membantu ibu paruh baya itu. Jalanan ini ternyata lebih lebar dari dugaanku. Mobil-mobil berlalu-lalang cepat sekali, tapi akhirnya aku sampai di seberang. Ibu-ibu tadi sudah gak ada, entah ke mana. Aku memutuskan berkeliling sebentar karena tertarik dengan tempat itu.

Ada patung yang besar dan tinggi di sana, kepalanya dihinggapi burung hantu yang warnanya cerah dan tidak biasa. Ketika aku sedang menikmati keindahan patung tua itu, tiba-tiba kamu muncul entah dari mana. Kamu menarik dan memegang tanganku kencang sekali. Kamu marah karena aku tiba-tiba ngilang. Di situ kita bertengkar. Kita berdua bilang hal-hal yang kita sesali kemudian.

Sepanjang jalan pulang, aku cuma diam. Kamu pun diam. Sebelum akhirnya kalimat terakhir kamu yang aku ingat, “Jangan ke mana-mana lagi.”

Ok. Gue kebangun sambil ngomong sendiri, “Ok.”

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (10)

Kamu melempar batu kecil ke air waktu kita nongkrong di pinggir danau. Kita berdua inget hal yang sama, scene film Spiderman yang sama.

Hari selalu berwarna kayak gini setiap kali kamu muncul di mimpi. Langit seperti ini. Kabut bergerak-gerak kuning kecokelatan. Kamu punya banyak cerita yang kamu ceritakan kali ini. Dan, walaupun kita berkata-kata dengan bahasa yang berbeda, aku paham. Aku senyum setiap kali kamu cerita tentang masa-masa bahagia. Ketawa setiap ada yang lucu. Yang paling sering sih, aku mewek. Tapi, yah, di masa-masa yang kayak sekarang gini, siapa sih yang gak tiba-tiba jadi cengeng.

Kepalaku tiba-tiba pusing, lalu kamu bilang, “Kalo kebanyakan nunduk tuh memang kadang-kadang bisa pusing.” Lalu, aku cuma ketawa. Kamu bingung kenapa aku ketawa. Terus aku minta maaf. Eh, kamu ketawa. Hah? Kenapa sih?

Kamu tiba-tiba nyanyi satu lagu yang kayaknya aku tau, tapi aku gak bisa ingat judulnya. Kamu di sebelah aku, dan aku cuma ngeliatin kamu nyanyi. Aku menyimak kata demi kata, walaupun gak ngerti artinya. Air mata pasti mulai menggenang karena tiba-tiba mataku panas banget. Semoga kamu gak nyadar aku serta-merta buang muka, biar gak ketauan sekiranya ada sesuatu yang menetes. Kayaknya kamu sadar sih, entahlah, gak lama setelah itu kamu berhenti nyanyi.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (9)

Gak perlu selalu kasih pilihan. Aku punya cukup kemampuan untuk memutuskan. Dan, apapun itu keputusan, yang penting: percaya. Itu yang kamu bilang.

Kamu datang lagi di mimpi semalam. Kenapa kamu lagi kamu lagi. Kamu dandan rapi banget, gak tau kayak mau ke mana aja. Padahal di sini-sini doang. Entah karena suatu sebab, kamu dikenal sebagai pemecah masalah. Ga tau kenapa, aku inget aku harus inget-inget itu.

Ada toko kecil di ujung jalan. Langit biru tua, Kala Jingga beristirahat di singgasana. Besok dia harus bugar lagi. Itu yang kudengar. Besok. Belakangan ini, aku mempertanyakan ulang tentang besok. Apa yang kutau tentang besok. Gak ada. Apakah besok pasti ada? Gak tau. Kita gak pernah tau. Lagi-lagi, ini hal-hal yang aku pikirin barusan. Belum sempet aku kasih tau ke kamu, kamu udah ngangguk duluan.

Kita sedang menuju ke danau. Duduk di dermaga. Berenang-renang sampai malam tiba. Aku seperti melayang di perairan dangkal ini, memandangi langit karena sebentar lagi bintang akan terbit. Life goes on within you and without you. Tiba-tiba aku keinget itu.

“Life goes on within you and without you” adalah quote yang gue pasang di ruang tamunya ROEMAHIPONK. Kamu pasti baca itu waktu dateng ke situ. Dan gue masih gak tau Si Kamu ini siapa. Bahkan, gue gak tau Si Aku ini siapa.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (8)

Kamu datang lagi di mimpi semalam. Kamu orang yang sama tapi kita di tempat berbeda. You’re like a thousand light years away from me.

“Tapi sekarang kan di sini,” begitu kamu bilang. Kamu bicara dengan bahasa yang berbeda, tapi aku ngerti. Aku paham. Aku cuma bingung harus ngapain. Jadi, aku cuma senyum. Terus kamu jadi senyum setelah aku senyum. Terus kita sama-sama ketawa.

Kalo aku ngomong sesuatu, aku yakin kamu gak bakal ngerti artinya. Tapi aku yakin, kamu bakal paham. Jadi, aku ngomong semua ini pake bahasa yang aku ngerti aja ya. Kalimat-kalimat tadi baru aku pikirin di dalam kepala aku, belum sempet aku sampein ke kamu. Di situ, di momen itu, aku ga perlu bicara apa-apa, kamu udah ngangguk duluan. Terus kamu senyum lagi. Lalu, tentu aja, aku jadi senyum juga. Terus kita ketawa lagi.

Gue kebangun. Ini kenapa ya kok mimpinya gini.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (7)

Aku baru mengenal kamu beberapa tahun terakhir. Itu pun belum pernah ngobrol mendalam. Cuma saling sapa. Biasanya begitu. Lalu, tiba-tiba kamu muncul di mimpi semalam.

Kita segedung. Saat itu, kita barengan. Lagi nyari sesuatu atau nunggu sesuatu. Kita harus turun pake lift. Di situ, kamu nyentuh tangan aku. Aku kaget. Kalau di kehidupan nyata, itu sih gak mungkin banget terjadi. Jadi, aku ngelak pelan-pelan. Semoga gak berasa. Tapi pasti berasa. Yaudalah.

Sesampainya di luar, hujan deras banget. Aku cuma nyeletuk, “gokil, dingin banget,” kamu kemudian berniat pinjemin jaket. Manis banget. Tapi aku bilang, “gak usah, gapapa.”

Setelah itu, aku bangun. Setelah satu mimpi yang manis.


Gue gak tau siapa yang melukis mimpi. Mungkin sama dengan yang melukis pelangi. Buat gue, mimpi semalam manis banget. Gue bahkan gak tau apakah gue adalah Aku di mimpi itu? Gak tau.
Btw, kalau lagi sempet, dengerin lagu Will Mara – Fun N Games. Buat gue, lagu ini juga manis banget (manis pahit ada dua-duanya sih, tapi tetep manis). Gak cuma manis, lagu ini menginspirasi.
kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (6)

Semalam mimpiku singkat, tapi jelas teringat.

Rasanya kita sudah tau hari ini akan tiba. Matahari ditutupi bergumpal-gumpal awan tebal. Air telah naik hampir sampai ke palang jendela apartemen kita.

Ayah dan Ibu tenang sekali, sedangkan kita tidak. Kita panik. Tidak tau harus apa. Kecemasan bagai awan, bergumpal-gumpal menutupi kejernihan pikiran kita.

“Apa yang penting?”

Begitu pertanyaannya. Lalu aku terbangun.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (5)

Di mimpi semalam, aku bersama kamu. Aku dipeluk, dicium, disayang-sayang, dan betul-betul disukai oleh kamu. Di sebuah tempat umum, di toilet, kita ketemu dengan janitor dan beberapa orang melihat kita. Dan, aku merasa gak nyaman.

Lalu, aku kehilangan dompetku di dalam bioskop. Kamu sudah pergi dengan orang lain. Aku gak sedih ataupun marah, tapi ada perasaan aneh yang membuatku ingin pergi dari situ, segera.

Tiba-tiba aku tertembak. Seorang yang tidak kukenal, dengan pistol, dia tiba-tiba ada di sana, dan aku telah tertembak. Namun, aku selamat. Dua luka di perut sebelah kanan, berbalut kasa tapi masih berdarah. Aku dirawat oleh orang-orang terdekat di sana. Ada Mira. Ada Irene. Mira bawain donat dan kue yang dia bikin sendiri dan rasanya enak banget. Tapi, mereka sendiri makan Mekdi, tapi paket yang aku gak pernah lihat sama sekali, porsinya gede banget.

Tiba-tiba aku pergi, nyetir, rasanya kayak di Bandung, dan aku gak sendirian. Aku nyetir ngelewatin jalan yang udah pernah kulewati. Jalan ini pernah muncul di mimpi sebelumnya. Dan, aku salah jalan lagi. Harusnya aku ambil jalur cepat, aku malah ambil jalur lambat.

Akhirnya, karena salah jalan, lagi-lagi mobilnya jatuh. Ini pun rasanya seperti terjadi lagi.

Kita jatuh ke air. Sebelum masuk ke dalam air, aku sempat lihat sekeliling. Ada orang-orang yang yang sepertinya pernah jatuh juga, tapi akhirnya selamat. Atau mungkin mereka memang kebetulan aja ada di situ. Gak tau, aku sudah keburu masuk ke dalam air.

Di air, dan masih di dalam mobil, aku berusaha keluar. Ada ikan-ikan yang gede-gede, gak panik sama sekali. Suasananya tenang. Sampai entah bagaimana caranya, aku akhirnya keluar dari mobil dan berenang ke permukaan. Lalu terbangun.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (4)

Aku sudah biasa memimpikan diriku hampir tenggelam.

Aku menyetir di sebuah jalan, ada jembatan kereta api melintang di depan sana. Rasanya seperti di Bandung. Namun, ada dua lajur, dan aku salah mengambil jalan. Aku masuk ke jalur kiri, yang membawaku tersesat ke jalan yang semakin menyempit, menyempit, menyempit. Semakin sempit dan aku semakin sulit mengendalikan mobil ini. Celaka, aku jatuh ke dalam air. Mobil ini jatuh ke air. Aku gak tau harus apa.

Butuh waktu yang tidak sebentar sampai akhirnya aku berani memutuskan untuk menyelamatkan diri sebelum akhirnya aku tenggelam bersama mesin logam berat ini. Aku berusaha keras mengeluarkan diriku dari mobil. Butuh waktu. Tapi waktu tidak banyak. Akhirnya bisa.

Aku keluar dari mobil lalu berusaha berenang ke atas dengan segenap energiku yang masih tersisa. Kemudian, aku takjub dengan apa yang kutemukan saat sedang susah payahnya mengayuhkan lengan dan kakiku. Ada banyak ikan besar yang belum pernah kulihat seumur hidupku, mereka melintas dengan anggun melewati aku yang jauh lebih kecil dan tidak berdaya. Beberapa kali mereka menatap aku lekat-lekat dengan mata hitam dengan tatapan yang dalam. Entah apa yang ingin mereka sampaikan. Aku selalu merasa ikan adalah makhluk misterius.

Aku terus berenang hingga aku sampai di permukaan. Di atas sana, kulihat orang-orang yang kuyup, mungkin mereka juga sama sepertiku. Jatuh, hampir tenggelam, dan menyelamatkan diri.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (3)

Seminggu ini sulit mengingat mimpi. Yang kuingat dari mimpi semalam pun hanyalah mimpi yang nyaman. Putih dan abu-abu muda.

Kalau ditanya mimpi apa yang paling kuingat, adalah sebuah mimpi yang sunyi. Pantai yang panjang. Langit terbelah dua. Terang di sisi yang satu. Mendung dan gelap di sisi yang lain. Seperti biasanya, tidak banyak suara. Dan, lagi-lagi aku sendiri.

Pasir di punggungku. Pasir di bahuku. Dan, angin laut yang hangat bertiup di atas dadaku. Aku menutup mata saat ombak bergulung tipis menyelinap di bawah kedua kakiku. Lalu ramai-ramai, ombak bergulung menjauh, meninggalkan bulir-bulir pasir yang mungil dalam kesepian.

Aku mendengar bisikan. Pelan. Dibalut bunyi angin. Maka, pelan pula, kubuka mataku dan tiba-tiba dia ada di sana.

Pria itu membelakangi matahari dan tidak dapat kukenali wajahnya. Dia tidak bicara. Matanya menatap lekat-lekat, menembus bola mataku. Hidungnya menyentuh tepat di ujung hidungku. Wajahnya basah di depan wajahku. Begitu pula tubuhnya.

Air menetes dari tepi dahinya, jatuh di dahiku. Lalu, aku bangun.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (2)

Aku bermimpi semalam. Mimpiku terbuat dari pasir hitam putih dan gumpalan awan kecokelatan. Semuanya buram dan rasanya aku akan pergi jauh. Jauh, tapi entah ke mana. Hanya rasanya saja demikian.

Aku bepergian sendiri, seperti biasanya. Ini memang bukan mimpi pertama di mana aku merasa bepergian. Dan, pada setiap mimpi serupa, rasanya aku selalu sendiri.

Kemudian, ada stasiun yang sangat besar dan sungguh ramai di sana. Aku di sana. Ramai, tapi mimpiku sunyi. Tidak banyak suara. Hanya ada beberapa orang yang bicara. Belum ada siapapun yang kukenal di sana, lalu tiba-tiba ada Albert. Dia tiba-tiba muncul di tengah kabut tipis kecokelatan, membawakan banyak sekali makanan. Sebelum aku berangkat, katanya.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.