Mimpi Semalam (1)

Kamu ada di sana, di mimpi semalam. Kita mengobrol lama sekali.

Kita hanya bayang-bayang di balik sisi terang bulan. Karena kita hanya bayang- bayang, kita tidak berdenyut. Kita tidak bernyawa. Kita hanya bunyi-bunyian. Berkata-kata lewat suara.

Kamu tau, di balik sisi terang bulan, ada siang. Ada manusia-manusia sadar. Memar-memar di hatinya diciptakannya sendiri. Maka, beruntunglah kita. Mengucap syukurlah pada Semesta, bahwa kita cukup jadi bayang-bayang di balik sisi terang bulan.

Hari ini, kita pergi jauh-jauh sendiri-sendiri. Hari lainnya, pada satu tempat, kita ketemu lagi. Dunia hanya ada di antara batas yang bernama waktu. Tapi waktu sering bersikap licik karena cuma dia yang bisa memelar sendiri dan menyempit semaunya. 

Ayo, kita hendak pergi ke mana lagi. Lekas kita mengembara berdua lagi. Kita tidak dikejar apa-apa. Kita tidak meninggalkan siapa-siapa di belakang. Di belakang, hanya ada waktu. Karena dia adalah kelicikan, maka anggap saja kita boleh meninggalkan dia di belakang.

Seharusnya kita lebih sering kembali berpulang kepada hakikat kita. Kita liar, binatang liar. Tapi kita punya kemampuan bertanya. Kenapa. Apa alasannya. Maka, semua bisa dipertanyakan.

Dan di balik pertanyaan, kita bisa menemukan jawaban, jika dan hanya jika kita bisa, kita menerima, kita membolehkan, kita memberi jawaban bagi dia, jawaban kecil itu, untuk bersembunyi di sana.

Lebih baik jawaban yang bersembunyi di balik cadar pertanyaan, ketimbang jawaban yang datang dari pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.