Seminggu ini sulit mengingat mimpi. Yang kuingat dari mimpi semalam pun hanyalah mimpi yang nyaman. Putih dan abu-abu muda.
Kalau ditanya mimpi apa yang paling kuingat, adalah sebuah mimpi yang sunyi. Pantai yang panjang. Langit terbelah dua. Terang di sisi yang satu. Mendung dan gelap di sisi yang lain. Seperti biasanya, tidak banyak suara. Dan, lagi-lagi aku sendiri.
Pasir di punggungku. Pasir di bahuku. Dan, angin laut yang hangat bertiup di atas dadaku. Aku menutup mata saat ombak bergulung tipis menyelinap di bawah kedua kakiku. Lalu ramai-ramai, ombak bergulung menjauh, meninggalkan bulir-bulir pasir yang mungil dalam kesepian.
Aku mendengar bisikan. Pelan. Dibalut bunyi angin. Maka, pelan pula, kubuka mataku dan tiba-tiba dia ada di sana.
Pria itu membelakangi matahari dan tidak dapat kukenali wajahnya. Dia tidak bicara. Matanya menatap lekat-lekat, menembus bola mataku. Hidungnya menyentuh tepat di ujung hidungku. Wajahnya basah di depan wajahku. Begitu pula tubuhnya.
Air menetes dari tepi dahinya, jatuh di dahiku. Lalu, aku bangun.
kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?
Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.
Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!
