Tentang Menulis Lagu: Lirik Dulu Atau Melodi Dulu?

Video YouTube yang gue bagikan di dalam tulisan ini dirilis tepat setahun lalu, pas pandemi baru dimulai. Tepatnya, pas gue lagi bingung mau ngapain karena gak bisa ke mana-mana juga. Akhirnya, gue memutuskan untuk berbagi pengalaman soal menulis lagu, dan jadilah.

Buat yang sudah nonton dan bahkan membagikannya di berbagai platform lain, terima kasih! Seneng sekali kalau apa yang gue bagikan bisa mencerahkan siapapun yang tercerahkan. Di sini, gue akan membagikan kembali, sambil nambahin apa-apa yang belum sempat terrekam di dalam video.


Dari antara kalian yang sedang membaca tulisan ini, ada yang lagi mau nulis lagu tapi bingung mau mulai dari mana atau lagi di tengah proses songwriting tapi stuck? Atau, mungkin dari antara kalian ada produser yang lagi cari lagu buat artisnya? Ini dia, salah satu pertanyaan yang paling sering gue dapatkan:

Menulis lagu: lirik dulu atau melodi dulu?

Di video ini, gue akan share approach gue dalam menulis lagu, yang mungkin bisa membantu dalam proses songwriting. Gimana? Udah siap? Silakan ditonton, siapa tau ada yang belum nonton atau mau nonton lagi:

Menulis Lagu: Lirik Dulu Atau Melodi Dulu?

Selama yang dikerjakan bukan instrumental records, ada dua elemen utama di dalam songwriting. Pertama, musical elements, di dalamnya ada nada dan rhythm. Kedua, writing elements, di dalamnya ada bahasa dan penyampaian. Keduanya bersifat complimentary. Kalau nggak ada lirik, ya berarti instrumental. Kalau gak ada musik, ya berarti speech aja. Oke, sekarang lupain dulu kedua elemen itu, karena ada satu lagi elemen penting yang belum gue sebut, yaitu: lo mau ngomongin apa sih? Alias topik.

Topik.

Gue berkeyakinan bahwa sama seperti proses penciptaan di bidang-bidang seni yang lain, menulis itu adalah proses perubahan bentuk dari ide jadi karya. Dari sesuatu yang gak ada wujudnya, kemudian dibahasakan dan dikemas sehingga jadi ada dan jadi nyata. Dari sesuatu yang tadinya cuma ada di dalam kepala, jadi lagu. Nah, ide apa sih yang ingin lo tuangkan jadi lagu?

Setiap kali ada artist yang dateng ke sini untuk menggunakan jasa songwriting di roemahiponk, hal pertama yang akan gue lakukan adalah: ngobrol. Kenapa? Karena gue butuh topik. Gue butuh tau: “lo mau ngomongin apa sih di lagu lo?

Durasi lagu umumnya cuma dua sampai lima menitan. Sedangkan topik ada banyak banget. Cinta, kehidupan, persahabatan, politik, alam semesta, banyak. Coronavirus bisa dijadiin topik. Sarapan tadi pagi juga bisa dijadiin topik. Sampe gosip tetangga sebelah pun bisa kita jadiin topik, kalo emang kepingin. Apapun bisa jadi topik.

Terus, gimana cara nentuin topik yang tepat untuk lagu yang akan kita tulis? Okay, gue gak bicara benar dan salah, tapi setidaknya ini yang gue dapat berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun ke belakang yang mungkin bisa membantu teman-teman dalam proses songwriting.

Satu: what’s your goal?

Ini tentang tujuan kita bikin karya. Menurut gue, semua tujuan yang mungkin ada di dalam kepala kita, sah-sah aja selama gak menyalahi hak, harkat, dan martabat orang lain.

Tujuannya pingin viral? Cuma iseng pingin punya koleksi lagu pribadi? Atau pingin menghibur orang lain dengan karya? Atau malah berniat raise awareness tertentu lewat musik, sah-sah aja. Silakan. Yang jelas, setelah kita menentukan ini, kemungkinan besar pertanyaan yang selanjutnya akan lebih mudah untuk dijawab.

Dua: target audience?

Kalau kita udah bisa menjelaskan kita itu musisi macam apa, pasti akan lebih gampang untuk membayangkan siapa kira-kira yang akan mendengarkan lagu kita nanti.

Menentukan dengan pasti, kayaknya sih sulit, apalagi untuk musisi baru yang akan rilis lagu untuk pertama kali. Walaupun teknologi udah berkembang banget dan memungkinkan musisi untuk tau performance analytics lewat berbagai platform, kadang ada pendengar-pendengar yang muncul di luar perkiraan atau target range, yang tentunya juga perlu untuk diapresiasi. Dan, balik lagi, target audience bukan segalanya, melainkan hanya satu aspek dari sekian banyak aspek yang perlu dipertimbangkan ketika kita menentukan arah dalam berkarya. It’s an important thing, but it’s not everything.

Tiga: cerita, gaya bahasa, dan pilihan kata.

Kalau udah tau kita akan memperkenalkan diri sebagai musisi yang seperti apa, dan tau siapa yang akan kita ajak “bicara” lewat musik, berikutnya adalah: Cerita apa yang ingin disampaikan?

Gimana penyampaian yang tepat supaya cerita tersebut bisa sampai dengan selamat? Dan, diksi macam apa yang bisa membuat ceritanya menetap di hati para audiens dan pada akhirnya lagunya menetap di dalam pikiran mereka?

Awalnya, ketika pertama kali mencoba pola berpikir semacam ini, gue merasa dibatasi dan gak bebas ketika menulis. Namun, setelah berkali-kali coba, gue malah jadi merasa bahwa pola berpikir semacam ini justru membukakan ruang imajinasi yang luas tanpa bikin gue nyasar ke mana-mana karena ada koridor-koridor yang jelas ketika menentukan mau nulis apa dengan cara yang gimana. Alhasil, makin hari, gue bisa makin efisien ketika bikin lagu karena makin khatam.

Satu, dua, dan tiga udah? Sekarang, kita masuk ke pertimbangan yang lebih spesifik dan lebih tajam. Di luar dari semua hal tadi, ada beberapa prinsip yang selalu gue pegang dalam menulis lagu. yang sifatnya eminen dan harga mati. Salah satu yang akan gue bahas di dalam video ini adalah ini:

Berimajinasi Itu Gratis.

Let’s say, ada penyanyi cewek, usia 20an awal, datang ke sini untuk songwriting session. Penyanyi ini punya keinginan untuk bikin karya yang bisa dinikmati audiens lewat earphone ketika lagi sendirian, dan udah punya target pendengar setia dengan range usia yang sama. Kepribadiannya romantic dan sentimental.

Topik lagu yang diinginkan adalah tentang patah hati dan susah move on. Pas gue didapuk untuk nulis lagu ini, mungkin aja gue atau penyanyinya sama-sama lagi gak patah hati dan happy-happy aja. Means, gue gak bisa mengandalkan kejadian yang aktual untuk nulis lagu ini. Terus, harus gimana?

Opsi pertama, cari topik lain. Atau, kalau tetep mau stay di topik ini, opsi kedua, manfaatkanlah imajinasi, karena berimajinasi itu gratis.

Secara gampang, gue bisa aja mulai menulis dari lirik “aku masih mencintaimu, sungguh sulit bagiku untuk melupakanmu”. Buat gue ini klise. Boring. Overused. Ditinjau dari makna, bener, karena lagunya tentang itu. Tapi, this could be better.

Instead of nulis kalimat tadi, mungkin gue akan lebih memilih untuk memulai dengan, “setiap malam masih kubaca lagi chat kita, kata demi kata” atau kalau butuh lebih casual, mungkin gue akan memilih untuk menulis, “kaosmu yang buluk itu, masih selalu kupakai saat aku rindu”. Dari satu makna yang kurang lebih sama: sama-sama patah hati dan gak bisa move on, bisa muncul ekspresi yang berbeda-beda. Muncul dari mana? Imajinasi. Gratis.

Itu cuma contoh kecil gimana memanfaatkan imajinasi yang sama sekali gratis untuk mengembangkan satu topik yang sederhana. Masih ada beberapa prinsip lain yang mungkin akan gue bagikan di video lain, dan contoh tadi, baru dari segi penulisan lirik doang.

Tentunya, ketika menulis lagu, gak boleh lupa bahwa ada hal-hal teknis lain yang perlu diperhatikan selain penulisan lirik. Semakin banyak menulis, semakin banyak juga gue menemukan tantangan-tantangan teknis: struktur lagu, kompromi dengan jumlah syllables, melody pattern, rhythm pattern, dan banyak hal lainnya.

Nah, gue mendapati bahwa ketika gue sudah lebih dulu yakin dengan apa yang ingin disampaikan dan bagaimana cara penyampaiannya, tantangan-tantangan teknis itu jadi lebih ringan untuk dilalui. Paling enggak, setiap kali ada kebingungan, gue tinggal balik aja ke pertanyaan-pertanyaan tadi dan berpegang sama jawaban-jawabannya.

Well, kalau ini semua adalah hal yang baru buat yang sedang atau baru memulai menulis lagu, silakan cobain. Mungkin awalnya akan ngerasa ribet, sulit, f*cked up. Wajar aja sih. Tapi, gue yakin perjalanan menulis lagu akan selalu makin seru. Bahkan, kalau nanti tiba-tiba ada yang menemukan cara lain yang juga asik untuk dicoba, silakan share aja di kolom komen.

Yang penting, rajin-rajinlah mencoba.

Kalo ditanya pilih quality atau quantity? Dalam hal menulis lagu, gue akan pilih quantity. Maksudnya, daripada berkutat di satu lagu yang sama dan berharap langsung sempurna, lebih baik berusaha menulis sebanyak mungkin. Kenapa Karena kita bisa mengembangkan standar atas quality setelah jatuh bangun berkali-kali.

Bikin satu, ngerasa gak puas, gak usah ragu untuk simpen dulu dan beralih ke yang kedua. Buat gue, that’s totally fine. Kita selalu bisa balik ke yang pertama kapanpun kita mau dengan kemampuan yang udah bertambah dan dengan cara-cara atau approach yang lebih mutakhir.

Tenang aja, kalian gak sendirian, dan memang menulis lagu gak harus selalu sendirian. banyak top hits di dunia ini yang ditulis rame-rame oleh dua, tiga, lima, tujuh orang. Kita selalu bisa hire co-writers lain. ROEMAHIPONK juga menyediakan jasa songwriting untuk membantu dalam proses berpikir ketika menulis lagu, entah cuma sekadar konsultasi doang, atau ikutan berkontribusi dalam bentuk tulisan.

Dan, kalo mau tau tips-tips songwriting yang lain, silakan subscribe channel ROEMAHIPONK dan nyalain aja notifikasinya, niscaya kalian gak bakal ketinggalan video-video berikutnya.


Jadi, balik ke pertanyaan semula, lirik dulu atau melodi dulu?

Untuk pertanyaan ini, gue selalu mengawali jawaban gue dengan: BEBAS. Ketika menulis lagu, gak pernah ada keharusan memulai dari lirik dulu atau melodi dulu. Ngobrol aja dulu.

Semoga bermanfaat, semoga mencerahkan, selamat bereksplorasi.
kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (6)

Semalam mimpiku singkat, tapi jelas teringat.

Rasanya kita sudah tau hari ini akan tiba. Matahari ditutupi bergumpal-gumpal awan tebal. Air telah naik hampir sampai ke palang jendela apartemen kita.

Ayah dan Ibu tenang sekali, sedangkan kita tidak. Kita panik. Tidak tau harus apa. Kecemasan bagai awan, bergumpal-gumpal menutupi kejernihan pikiran kita.

“Apa yang penting?”

Begitu pertanyaannya. Lalu aku terbangun.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Tentang Suatu Malam Di Imah Seniman

Lembang, 2 Mei 2021

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (5)

Di mimpi semalam, aku bersama kamu. Aku dipeluk, dicium, disayang-sayang, dan betul-betul disukai oleh kamu. Di sebuah tempat umum, di toilet, kita ketemu dengan janitor dan beberapa orang melihat kita. Dan, aku merasa gak nyaman.

Lalu, aku kehilangan dompetku di dalam bioskop. Kamu sudah pergi dengan orang lain. Aku gak sedih ataupun marah, tapi ada perasaan aneh yang membuatku ingin pergi dari situ, segera.

Tiba-tiba aku tertembak. Seorang yang tidak kukenal, dengan pistol, dia tiba-tiba ada di sana, dan aku telah tertembak. Namun, aku selamat. Dua luka di perut sebelah kanan, berbalut kasa tapi masih berdarah. Aku dirawat oleh orang-orang terdekat di sana. Ada Mira. Ada Irene. Mira bawain donat dan kue yang dia bikin sendiri dan rasanya enak banget. Tapi, mereka sendiri makan Mekdi, tapi paket yang aku gak pernah lihat sama sekali, porsinya gede banget.

Tiba-tiba aku pergi, nyetir, rasanya kayak di Bandung, dan aku gak sendirian. Aku nyetir ngelewatin jalan yang udah pernah kulewati. Jalan ini pernah muncul di mimpi sebelumnya. Dan, aku salah jalan lagi. Harusnya aku ambil jalur cepat, aku malah ambil jalur lambat.

Akhirnya, karena salah jalan, lagi-lagi mobilnya jatuh. Ini pun rasanya seperti terjadi lagi.

Kita jatuh ke air. Sebelum masuk ke dalam air, aku sempat lihat sekeliling. Ada orang-orang yang yang sepertinya pernah jatuh juga, tapi akhirnya selamat. Atau mungkin mereka memang kebetulan aja ada di situ. Gak tau, aku sudah keburu masuk ke dalam air.

Di air, dan masih di dalam mobil, aku berusaha keluar. Ada ikan-ikan yang gede-gede, gak panik sama sekali. Suasananya tenang. Sampai entah bagaimana caranya, aku akhirnya keluar dari mobil dan berenang ke permukaan. Lalu terbangun.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Di Awan

Satu lagi #musikalisasipuisi atas karya mas #SalmanAristo yang setiap kata-katanya langsung terngiang-ngiang semalaman di telinga dari buku Puisi Pendek Biar Rindu Panjang. Silakan nikmati ini sebagai pengantar sebelum kamu baca seluruh isi bukunya di #Storial, tiga puluh lima lembar puisi yang bikin hangat hati.

Sudah, #dirumahaja tenang-tenang kalem-kalem membaca. Dengan menikmati puisi-puisi ini, kamu akan tau betapa Bahasa Indonesia itu bisa demikian indah. Klik aja link ini: http://bit.ly/storialpuisirindu. Semoga terbuai.

Oh iya, terima kasih Nur Zaman & Rocky Prabowo yang sudah membantuku bikin video ini. Terima kasih #roemahiponk dan terutama Pak Ivan Iponk yang sudah mengizinkanku berkarya di tengah pandemi. Khusus Pak Ivan, makasih selama ini mengajarkanku rekaman, mixing, dan mastering dengan sangat sabar walaupun seringkali ku lemot dan supergaptek. Semoga karya ini bisa lumayan bikin pakguru bangga. Lalu, terima kasih, kamu yang sudah mendengarkan dari kemarin-kemarin, kamu kukasihi.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mendalami Teduh

Agustin Oendari x Salman Aristo – Mendalami Teduh

Sudah sekian lama gak bikin #musikalisasipuisi, yang biasa gue sebut dengan muspi. Terakhir waktu jaman sekolah, yang gak lain gak bukan adalah belasan tahun yang lalu. Beberapa minggu belakangan, gue diperkenalkan oleh teman kepada sebuah buku puisi yang dari mulai judul aja udah bikin penasaran dan senyum-senyum sendiri. Awalnya, gue hanya tau mas #SalmanAristo sebagai sineas. Nah, teman gue memperkenalkan kepada buku puisi yang ditulis Mas Aris dan baru rilis: Puisi Pendek Biar Rindu Panjang.

Di buku ini, ada 35 puisi pendek yang jadi penghiburan di kala gue cuma bisa #dirumahaja diserang kerinduan akan banyak hal yang sekarang harus berhilangan karena situasi gakjelas ini. Salah satu yang pertama kali langsung menarik perhatian gue adalah #MendalamiTeduh. Ini adalah interpretasi sederhana atas puisi pendek yang manis karya Mas Aris.

Kalau mau baca buku ini: ketik link ini aja http://bit.ly/storialpuisirindu Suasana merumah niscaya gak bakal ngebosenin kalau diisi sama kegiatan berfaedah semacam membaca buku. Selamat mendalami teduh!

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (4)

Aku sudah biasa memimpikan diriku hampir tenggelam.

Aku menyetir di sebuah jalan, ada jembatan kereta api melintang di depan sana. Rasanya seperti di Bandung. Namun, ada dua lajur, dan aku salah mengambil jalan. Aku masuk ke jalur kiri, yang membawaku tersesat ke jalan yang semakin menyempit, menyempit, menyempit. Semakin sempit dan aku semakin sulit mengendalikan mobil ini. Celaka, aku jatuh ke dalam air. Mobil ini jatuh ke air. Aku gak tau harus apa.

Butuh waktu yang tidak sebentar sampai akhirnya aku berani memutuskan untuk menyelamatkan diri sebelum akhirnya aku tenggelam bersama mesin logam berat ini. Aku berusaha keras mengeluarkan diriku dari mobil. Butuh waktu. Tapi waktu tidak banyak. Akhirnya bisa.

Aku keluar dari mobil lalu berusaha berenang ke atas dengan segenap energiku yang masih tersisa. Kemudian, aku takjub dengan apa yang kutemukan saat sedang susah payahnya mengayuhkan lengan dan kakiku. Ada banyak ikan besar yang belum pernah kulihat seumur hidupku, mereka melintas dengan anggun melewati aku yang jauh lebih kecil dan tidak berdaya. Beberapa kali mereka menatap aku lekat-lekat dengan mata hitam dengan tatapan yang dalam. Entah apa yang ingin mereka sampaikan. Aku selalu merasa ikan adalah makhluk misterius.

Aku terus berenang hingga aku sampai di permukaan. Di atas sana, kulihat orang-orang yang kuyup, mungkin mereka juga sama sepertiku. Jatuh, hampir tenggelam, dan menyelamatkan diri.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

1 Syawal 1439H

Tuhan adalah Maha Esa, hati selalu maha berbeda, lalu ada kita, yang senantiasa maha tak sempurna. Maka sebagaimana semestinya, kita akan saling memohon dan saling memberi maaf, hari ini, kini, juga nanti. Dan, seterusnya.

Aku menikmati bunyi takbir yang merambat di dinding kamarku malam ini. Semoga begitu juga dengan kamu. Selamat menikmati hari raya, wahai saudara, kekasih, teman. Meski mungkin seringkali tidak sempat tersampaikan di dalam hari-hari dan tahun-tahun yang sudah lalu, aku sayang padamu.

Barakallah.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Rumah Nomor 811

Pagi cerah.

Mungkin ada alasan melankolis-romantis kenapa Tuhan (atau siapapun itu di sana) menciptakan pagi dan malam untuk membatasi hari-hari.

Mungkin karena Dia tahu hidup tidak selalu mudah, hidup tidak selalu mulus, dan hidup tidak selalu bahagia. Maka, Dia menciptakan malam: untuk menutup yang perlu diselesaikan, untuk melupakan yang perlu dilupakan. Dan, pagi: untuk memulai lagi.

Mungkin memang sesederhana itulah yang sekiranya  diperlukan manusia, termasuk gue: kesempatan untuk memulai lagi. Kalau salah langkah, alangkah leganya bila gue punya kesempatan untuk diam sejenak, rehat, mengumpulkan keberanian untuk memulai lagi langkah-langkah yang baru. Pindah rumah, contohnya.

rumah 811

Baru beberapa waktu lalu, gue pindah rumah. Ini nekat sebetulnya. Gue gak punya duit yang segitu melimpahnya. Melebihi perhitungan gue, ternyata pindahan menuntut pengeluaran yang gak sedikit. Namun, dari beberapa hari yang baru aja gue habiskan di sini, gue justru merasa bahwa sekian banyak uang yang mesti gue hamburkan di sini, dibanding dengan apa yang telah dan mungkin gue dapat, gak lagi jadi masalah yang terlalu sulit. Memulai kembali. Memulai lagi. Bagi gue, ini berharga, sangat.

Banyak hal terjadi dua tahun belakangan. Banyak hal yang gue syukuri. Tapi, selama ini, hal-hal baik tersebut sering gue pandang sebelah mata. Terutama, karena banyak pula kesulitan dan kegelisahan yang turut menghantui di belakangnya. Sulit bagi gue berpikir jernih pada situasi-situasi terhantui semacam itu. Sulit melihat hal-hal rumit dengan lebih terang saat sudut pandang gue sedang dikaburkan oleh banyaknya masalah yang berputar-putar di sekeliling gue. Sulit bergerak di antara wajah-wajah dan suara-suara yang familiar tapi menjemukan. Cukup lama, dua tahun, akhirnya gue memutuskan pindah rumah. Dan, gue bersyukur, gue pernah setidaknya sekali bernyali untuk keputusan ini. Aneh ya, di tempat baru yang asing, yang semestinya mengandung banyak kecemasan (dan sudah pasti butuh banyak pengeluaran) ini, gue malah bersyukur.

rumah 811

Di sini, gue mensyukuri malam-malam yang sunyi dan tenang, yang seolah-olah mengingatkan bahwa ada waktunya untuk istirahat, terutama bagi pikiran gue yang selalu ribut. Di sini, gue juga memandang matahari dengan cara yang berbeda ketika semburat putih-kuningnya bergerak masuk melalui jendela. Cahaya pagi memperlihatkan kepada gue hijau pohon yang bergairah lagi, kembang-kembang cerah lagi, burung-burung dibangunkan untuk bernyanyi lagi dan bersibuk-ria lagi, kupu-kupu memulai lagi petualangannya hari itu, ke sana dan kemari. Di sini, segala kehidupan berganti jadi baru setiap hari. Ini bisa jadi sudut pandang yang gak bakal gue dapatkan di tempat lama, kalau saja gue berusaha bertahan di sana. Gue gak tahu. Tapi setidaknya, gue mensyukuri ini.

Ini kehidupan baru, tempat gue akan selalu berpulang untuk memulai kembali. Setidaknya, untuk sementara ini.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Catatan

Hari ini gue dikaruniai banyak banget waktu luang. Ini langka. Sebagai bukti kelangkaan, saat ini dengan begitu leluasa, gue bisa mampir dan menulis di sini, setelah sekian lama. Banyak hal terjadi dalam rentang waktu, yang kalau dirunut sejak terakhir gue menulis di sini, satu tahun, kira-kira. Sebetulnya, dalam setahun ini, gue lumayan sering merekam hal-hal personal dalam keseharian gue lewat tulisan tangan. Tapi, rasanya males aja merangkum ulang dan masukkin catatan-catatan itu kemari. Selain karena memang gue tidak sempat mengalokasikan waktu untuk itu, gue tidak merasa ada signifikansi yang cukup menjadi alasan menulis kembali catatan harian pribadi di sini. Anehnya, setelah gue baca-baca lagi kertas-kertas setumpuk itu, rasanya lega juga, terekam di situ bahwa seringkali, gue bisa waras. Rasanya juga syukur, ada kenangan tentang kekasih, ada kenangan tentang kawan, ada kenangan-kenangan yang bisa disimpan. Rasanya pun bangga, banyak hal sudah gue lewati: sukses ataupun tidak; mudah ataupun sulit; senang ataupun sedih.

Gue jadi berpikir, bahwa mungkin:

Ada baiknya manusia sering-sering merekam jejak jalan pikirannya sendiri.

Supaya ketika dilihatnya lagi, bisa disyukurinya bila perjalanan itu panjang dan menyenangkan. Dan, kalau perjalanan itu pernah melalui rimba-rimba dan samudera yang rumit dan gelap, setidaknya ia telah memahami lebih dalam, ia telah melihat lebih banyak, ia bisa menjalani lebih kuat, ia bisa melalui lebih tangkas, untuk segala yang akan datang pada masa depan. Mungkin ada baiknya manusia sering-sering merekam jejak pikirannya sendiri. Supaya ia bisa mengingat. Karena buat gue, manusia, yang lahirnya sendiri-sendiri itu, akan mati sendiri-sendiri pula. Dan, kalau kesendirian itu tiba pada satu masa, ketika kawan sudah tidak lagi ada, dan kekasih tidak lagi di sana, hanya satu yang mampu lestari dan setia: kenangan-kenangan, dalam catatan-catatan perjalanan.

 

catatan
kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.